Apa yang anda lakukan hari ini, merupakan kunci kebaikan atau kehancuran hari esok. Jadi lakukanlah yang terbaik untuk hari ini.

Kamis, 02 Februari 2012

LEPTOSPIROSIS


A.    Pengertian
Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang disebabkan suatu mikroorganisme yaitu leptospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini juga dikenal dengan nama seperti mud fever, slim fever, swamp fever, autumnal fever, infectoius jaundice, field fever, cane cutler fever.

B.     Etiologi
Penyakit yang terdapat di negara yang beriklim tropis. Berbagai subgroup yang masing- masing terbagi dalam atas :
1.      L icterohaemorhagiae dengan reservoire tikus (syndroma weil)
2.      L. canicola dengan reservoire anjing
3.      L pamona dengan reservoire sapi dan babi
Insiden :
Penyakit ini dapat berjangkit pada laki-laki dan perempuan pada semua umur.

C.    Manifestasi klinis
Masa tunas berkisar antara 2-26 hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10 hari.
Pada leptospira ini ditemukan perjalanan klini sbifasik :
1.      Leptopiremia (berlangsung 4-9 hari)
Timbul demam mendadak, diserta sakit kepala (frontal, oksipital atau bitemporal). Pada otot akan timbul keluhan mialgia dan nyeri tekan (otot gastronemius, paha pinggang,) dandiikuti heperestesia kulit. Gejala menggigil dan demam tinggi, mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan kesadaran, dan injeksi konjunctiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam berbentuk makular/makolupapular/urtikaria yang tersebar pada badan, splenomegali, dan hepatomegali.
2.      Fase imun (1-3 hari)
Fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibodi IgM sementara konsentrasi C­3, tetap normal. Meningismus, demam jarang melebihi 39oC. Gejala lain yang muncul adalah iridosiklitis, neuritis optik, mielitis, ensefalitis, serta neuripati perifer.
3.      Fase penyembuhan (minggu ke-2 sampai minggu ke-4)
Dapat ditemukan adanya demam atau nyeri otot yang kemudian berangsur-angsur hilang.

D.    Patofisiologi
Manusia bisa terinfeksi jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka/erosi dengan air, lumpur dan sebagainya yang telah tercemar oleh air kemih binatang yang terinfeksi leptospira. Leptospira yang masuk melalui kulit maupun selaput lendir yang luka/erosi akan menyebar ke organ-organ dan jaringan tubuh melalui darah. Sistem imun tubuh akan berespon sehingga jumlah laptospira akan berkurang, kecuali pada ginjal yaitu tubulus dimana kan terbentuk koloni-koloni pada dinding lumen yang mengeluarkan endotoksin dan kemudian dapat masuk ke dalam kemih.
E. Komplikasi
Pada leptospira, komplikasi yang sering terjadi adalah iridosiklitis, gagal ginjal, miokarditis, meningitis aseptik dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan bila terjadi selalu menyebabkan kematian.

F.   Penatalaksanaan
Obat antibiotika yang biasa diberikan adalah penisillin, strptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan siproflokasasin. Obat pilihan utama adalah penicillin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari. Dalam 4-6 jam setelah pemeberian penicilin G terlihat reaksi Jarisch Hecheimmer yang menunjukkan adanya aktivitas antileptospira> obat ini efektif pada pemberian 1-3 hari namun kurnag bermanfaat bila diberikan setelah fase imun dan tidak efektif jika terdapat ikterus, gagal ginjal dan meningitis. Tindakan suporatif diberikan sesuai denan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
 DENGAN LETOSPIROSIS

A.    Pengkajian
1.      Identitis
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan tingkat kejadiannya sama.
2.      Keluhan utama
Demam yang mendadak dan Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah, fotofobia, keluahan gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptosis, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini berlangsung 1-3 hari.
3.      Riwayat keperawatan
a.       Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b.      Riwayat penyakit, influenza, hapatitis, bruselosis, pneuma atipik, DBD, penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin.
c.       Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani.
4.      Pemeriksaan dan observasi
A.Fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem :
Ø  Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
Ø  Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
Ø  Sistem persyrafan
Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata merah.fotofobia, injeksi konjunctiva,iridosiklitis
Ø  Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan adernal
Ø  Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
Ø  Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/makulopapular/urtikaria yang teresebar pada badan. Pretibial.
Pemeriksaan Laboratorium
2)      Termasuk pemeriksaan laboratorium umum yaitu:
3)      a) Pemeriksaan darah
4)      Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis, normal atau menurun, hitung jenis leukosit, terdapat peningkatan jumlah netrofil. Leukositosis dapat mencapai 26.000 per mm3 pada keadaan anikterik.
5)      Morfologi darah tepi terlihat mielosit yang menandakan gambaran pergeseran ke kiri.
6)      Faktor pembekuan darah normal. Masa perdarahan dan masa pembekuan umumnya normal, begitu juga fragilitas osmotik eritrosit keadaannya normal. Masa protrombin memanjang pada sebagian pasien namun dapat dikoreksi dengan vitamin K. Trombositopenia ringan 80.000 per mm3 sampai 150.000 per mm3 terjadi pada 50 % pasien dan berhubung dengan gagal ginjal, dan pertanda penyakit berat jika hitung trombosit sangat rendah yaitu 5000 per mm 3. Laju endapan darah meningi, dan pada kasus berat ditemui anemia hipokromia mikrositik akibat perdarahan yang biasa terjadi pada stidium lanjut perjalanan penyakit.
7)      b) Pemeriksaan fungsi ginjal
8)      Pada pemeriksaan urin terdapat albuminuria dan peningkatan silinder ( hialin, granuler ataupun selular) pada fase dini kemudian menghilang dengan cepat. Pada keadaan berat terdapat pula bilirubinuria, yang dapat mencapai 1 g/hari dengan disertai piuria dan hematuria. Gagal ginjal kemungkinan besar akan dialami semua pasien ikterik. Ureum darah dapat dipakai sebagai salah satu faktor prognostik, makin tinggi kadarnya makin jelek prognosa. Peningkatan ureum sampai di atas 400 mg/dL. Proses perjalanan gagal ginjal berlangsung progresif dan selang 3 hari kemudian akan terjadi anuri total. Ganguan ginjal pada pasien penyakit Weil ditemukan proteinuria serta azotemia, dan dapat terjadi juga nekrosis tubulus akut. Oliguria: produksi urin kurang dari 600 mL/hari; terjadi akibat dehidrasi, hipotensi.
9)      c) Pemeriksaan fungsi hati
10)  Pada umumnya fungsi hati normal jika pasien tidak ada gejala ikterik. Ikterik disebabkan karena bilirubin direk meningkat. Gangguan fungsi hati ditunjukkan dengan meningkatnya serum transaminase (serum glutamic oxalloacetic transaminase = SGOT dan serum glutamic pyruvate transaminase = SGPT). Peningkatannya t idak pasti, dapat tetap normal ataupun meningkat 2 – 3 kali nilai normal. Berbeda dengan hepatitis virus yang selalu menunjukkan peningkatan bermakna SGPT dan SGOT. Kerusakan jaringan otot menyebabkan kreatinin fosfokinase juga meningkat. Peningkatan terjadi pada fase-fase awal perjalanan penyakit, rata-rata mencapai 5 kali nilai normal. Pada infeksi hepatitis virus tidak dijumpai peningkatan kadar enzim kreatinin fosfokinase.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi dari perjalanan penyakitnya.
2.      Cemas / takut berhubungan dengan perubahan kesehatan (penyakit leptospirosisi) ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
3.      Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf,  syaraf, inflamasi), ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
4.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
5.      Pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake kurang ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, nausea dan vomitng, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,
6.      Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
7.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kerja penyakitnya deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.


ASKEP TUMOR PARU




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.   Pengertian Tumor Paru
 Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
B.  Etiologi Dan Faktor Resiko
Berdasarkan “ Amin Zulkifli”dalam buku  Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 105menyatakan bahwa penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion, radon arse )
4.Polusi udara
5.Geneti
k
3
C.   Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu :
[u1] a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
 D. Patofisiologi
Menurut Zerinch Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.


E.  Komplikasi

F.  Manajemen Diet                                           
a.    Menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
b.   Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

BAB lll
ASUHAN KEPERAWATAN
TUMOR PARU

A.    PENGKAJIAN[u4]  
A. Pengumpulan Data
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan menelan(disfagia), penurunan berat badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan
3. Pemeriksaan fisik
- Sistem pernafasan
• Sesak nafas, nyeri dada
• Batuk produktif tak efektif
• Suara nafas: mengi pada inspirasi
• Serak, paralysis pita suara.
- Sistem kardiovaskuler
• tachycardia, disritmia
- menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
- Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
- Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
- Sistem neurologis
• Perasaan takut/takut hasil pembedahan
• Kegelisahan
4. Data Penunjang
- Foto dada, PA dan lateral
- CT scan/MRI
- Bronchoscope
- Sitologi
TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia,
disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam
B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
( Doenges, Marylin, hal 191 dan Engram, Barbara
1.Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder karena invasi
tumor
2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru
3.Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan ( Engtram, Barbara.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta : EGC )
C. RENCANA KEPERAWATAN

( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi.
Intervensi
1.Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat.
Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas
2.Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan sesuai
Indikasi
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna ( atau berck darah 1 berair awalnya
Normal
dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan
3.Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekreat hilang / peningkatan keluaran
4.Kaji nyeri / ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan
Rasional : Mendorong pasien untu bergerak, batuk lebih efektif dan napas lebih dalam
untukmencegah kegagalan napas. ( pernapasan )
5.Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural /
perkusisesuai indikasi.
Rasional : Memperbaiki ekspansi paru / vemntilasi dan mudahkan pembuangan sekret.
Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien dan pada setiap
kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan pernapasan dan ketidaknyamanan insisi.
indikasi
Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan / pengenceran sekret untuk
meningkatkan pengeluaranGangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekaran saraf oleh tumor paruIntervensi 
1.Tanyakan pasie
[u5] n tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri ( P,Q,R,S,T ) misal : terus-menerus,
sakit menusuk, terbakar. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat melibatkan
visera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam
mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat unutk evaluasi keefektifan analgetik,
meningkatkan kontrol nyeri
2.Kaji pertanyaan verbal dan non verbal nyeri pasien
Rasional : Ketidak sesuaian antara petunjuk verbal atau non verbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi
3.Berikan tindakan kenyamanan. Misal : sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan
bantal,dorong penggunaan teknik relaksasi, misal : visualisasi, bimbingan imajinasi danaktivitas hiburan
yang tepat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidak nyamanan
dan meningkatkan efek terapeutik analgesik
4.Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi
Rasional : Mencegah kelemahan yang tidak perlu dan regangan insisi
Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum
pasien merasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri
5.Berikan analgetik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas
dalam /batuk. Bantu sengan PAC atau analgesik melalui kateter epidural.
Rasional : Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari “ puncak ” periode nyeri, alat
dalam menyembuhkan otot dan memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamann /
koping emosi
6. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan   Intervensi
1.Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
Rasional : Pasien atau orang terdekat mendengar atau mengasimilasi informasi baru yang
meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup

2.Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : Dukungan memampukan pasien membuka / menerima kenyataan kanker dan
pengobatan

3.Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salh interprestasi
terhadap informasi
4.Terima penyangkalan pasien tapi jangan dikuatkan
Rasional : Bila penyangkalan ektrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan,
menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaian
5.Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan menerima dan atau menggunakan
strategi efektif menerima situasi
Rasional : Takut atau ansietas menurun, pasien mulai menerima / secara positif dengan
kenyataan. Indiokator kesiapan pasien untuk menerima tanggung jawab untuk
berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan
untuk mulai hidup lagi.