Apa yang anda lakukan hari ini, merupakan kunci kebaikan atau kehancuran hari esok. Jadi lakukanlah yang terbaik untuk hari ini.

Sabtu, 19 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MENIENE DISEASE


BAB 11
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MENIENE DISEASE


A.    Pengertian.
Penyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum di ketahui dan mempunyai dan mempunyai Trias gejala yang khas , yaitu gangguan pendengaran, tinnitus dan serangan vertigo ( Kapita Selekta Edisi  3 ).
Penyakit meniere adalah gangguan kronis saluran semisirkular dan labirin telinga dalam . ( Elizabeth J. Corwin 2009 ).
Penyakit meniere adalah suatu penyakit kronik kanalis semisirkularis dan labirin telinga dalam penyakit meniere di sertai serangan vertigo yang berat .( Patofisiologi Elizabeth j.corwin.2001).


B.     Etiologi.
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1.      Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2.      Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3.      Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4.      Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa.
5.      Infeksi telinga tengah.
6.      Infeksi traktus respiratorius bagian atas.
7.      Trauma kepala
8.      Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9.      Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10.  Infeksi virus golongan herpesviridae
11.  Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:
1.      Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
2.      Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.
3.       Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :
·         Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
·         Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus
·         Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4.       Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
5.      Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere.
 Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.

C.     Manifestasi Klinis
Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah beberapa tahun. Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu.
Namun sensasi ini terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak menghilang dengan redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari.
Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi elemen-elemen sensorik.
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :
1.      Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.
2.      Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.


D.    Patofisiologi


Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea.
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan.
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula.  Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.





E.     Pathway
Pembengkakan kompartemen
Endolimfatik
                                                                                                          

Ruptur  rmembran reissner                           Low tone

Gangguan pendengaran                                 Distorsi
 

Ketulian                                           Membran basiler
 

Gangguan persepsi & sensori
                                                                                          Duktus koklear


                                                                                                       
                                                                  Skala vestibuler           skala timpani
 

Vertigo
                                                                                          
Penonjolan labirin membranasea
Kanal ampula
Gangguan tinitus                     gangguan keseimbangan tubuh
Endolimfatikus
Cedera
                                                                                          Tinitus
cemas
 



F.      Komplikasi
Penyakit meniere dapat berkembang  menjadi tuli saraf unilateral.





G.    Penatalaksanaan Medis
           
1.      Tindakan pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin, seperti meklizin (antivert), yang menekan sistem vestibuler, obat obatan sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg ,obat vasodilator perofer sepertipapaverin dan betahistin ,atau operasi shunt . Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang.
Antiemetik seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya.diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Dapat pula di berikan obat antiiskemia dan neurotonik. Adaptasi dengan latihan dan fisioterapi.

2.       Terapi Medis Profilaksis
Terapi medis diarahkan untuk mengatasi  proses penyakit yang mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.
·         Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan vaskuler.
·         Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.
·         Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa hipotiroidisme ringan adalah termasuk penyebab hidrops endolimfatik.
·         Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid (Lipoflavonoid).


.
3.       Terapi Simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi hebatnya serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit Meniere.
·         Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi serangan vertigo.
·         Antihistamine dan antiemetik
Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau mengurangi keparahan seringan vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.
·         Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.
4.       Pembedahan
Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi. Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk  mengatasi serangan vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.
5.      Labirinektomi
  Labirinektomi atau destruksi  total pada labirintus membranaseus, merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi normalnya.




H.    Penatalaksanaan Keperawatan

·         Diet
Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupakan salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.
Makanan yang diperbolehkan adalah:
1.      Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti :
• Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
• Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
• Minyak goreng, margarin tanpa garam
• Sayuran dan buah-buahan
• Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.
2.       Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas.
3.       Minuman seperti the, sirup, sari buah.
Makanan yang perlu dibatasi:
. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
• Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
• Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
• Keju, Keju kacang tanah (pindakas).
• Margarin, mentega.
• Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
• Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
• Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya.

I.       Pemeriksaan Penunjang

·         .Tes gliserin :pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
·          Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.
·          Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
·          Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
•    CT scan atau MRI kepala
•    Elektroensefalografi
•    Stimulasi kalorik










BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
 DENGAN MENIERE

A.        Pengkajian

Pemeriksaan fisik bisanya normal kecuali pada evakuasi nervus cranial ke VIII.Garputala (uji weber ) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi  berlawanan dengan sisi yang mengalami kehilangan pendengaran ( sisi yang terkena penyakit Meniere ).
Dari anamnesis didapatkan keluhan telinga berdenging dan ada perasaan penuh pada telinga , ada perasaan pusing yang berputar – putar serta mual dan muntah juga gangguan pendengaran.terjadi pembengkakan pada rongga endolimfatikus.

B.    Diagnosa Keperawatan.

1.      Gangguan persepsi sensori berkaitan dengan gangguan pendengaran
2.      Resiko tinggi cedera berkaitan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara berjalan dan vertigo.
3.      Ansietas berkaitan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan dan kehilangan pendengaran
4.      Resiko terhadap trauma berkaitan dengan kesulitan keseimbangan


C.    Intervensi Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori auditorius berkaitan dengan proses penyakit
Tujuan: Gangguan persepsi sensori dapat teratasi 
Kriteria Hasil :
·         Rasa berdenging dapat hilang / berkurang..
·         Komunikasi efektif antara klien, keluarga, dan tenaga kesehatan .
Intervensi :
·         Memonitor  tingkat kelemahan.
·         Memperbaiki komunikasi berbicara tegas dan jelas(tanpa berteriak)
·         Ajarkan komunikasi yang tepat yaitu mengunakan tanda non verbal(ekspresi wajah, menunjuk dan sikap tubuh).
·         Mengusahakan mobilitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan klien putuskan komunikasi bersama agar klien dan perawat dapat berkomunikasi aktif.


2.   Resiko tinggi cedera berkaitan dengan vertigo 

Tujuan : menghindari cedera fisik yang berkaitan dengan ketidakseim- bangan saat mobilisasi
Kriteria hasil :
·         Klien dapat berjalan dengan normal / lancar.
·         Klien mampu menjaga keseimbangan tubuhnya saat melakukan mobilisasi
Intervensi :
·         kaji vertigo yang meliputi riwayat,awitan,gambaran,serangan durasi, frekuensi dan adanya gejala telinga yang terkait hilangnya pendengaran tinitus,rasa penuh di telinga.
·         kaji luasnyaketidakmampuan berkaitan dengan aktifitas berkaitan    dengan aktivitas rutin.
·         dorong pasien untuk berbaring / istirahatbila merasa pusing.



3. Ansietas berkaitan dengan ancaman, atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmam-puan akibat vertigo
 Tujuan :
·         Meningkatkan koping klien dan mengurangi atau menghilang-kan kecemasan klien.
·         Klien tidak mengalami kecemasan terhadap status kesehatannya.
·         Klien mampu meningkatkan koping diri
Kriteria Hasil :
·         Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang.
·         Mencapai pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi dengan vertigo.
·         Merasakan berkurangnya ketegangan , ansietas dan ketidakpastian.
·         Klien mampu memanfaatkan teknik managemen stres bila di perlukan .
·         Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan .
·         Klien mampu mengulangi instruksi yang di berikan dan menyebutkan pemahaman mengenai penanganan.



Intervensi   :
·         Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasikan keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu .
·         Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
·         Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stres atau lakukan rujukan bila perlu.
.
·         Beri upaya keamanan  dan hindari aktivitas yang menyebabkan stres.
·         Instruksi pasien dalam aspek program pengobatan.
Rasional :
·         memadukan intervensi teurapetik dan partisipatis dalam perawatan diri , keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas .
·         meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat ansietas dan perilaku.
·         memperbaiki manegemen stres, mengurangi frekuensi dan beratnya serangan vertigo
·         Situasi penuh stres dapat mempererat gejala kondisi ini.
·         Pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.


4.      Resiko terhadap trauma berkaitan dengan kesulitan keseimbangan.

Tujuan : Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rumah  dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila perlu .
Kriteria Hasil:
·           Klien mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah atau menggunakan
Alat rehabilitatif untuk mengurangi resiko jatuh.
·         Klien mampu melakukan ambulasi dengan bantuan seperlunya.
·         Tingkat aktivitas telah meningkat .
·         Lingkungan rumah terbebas dari bahaya.
Intervensi :
·         Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus , romberg positif dan ketidakmampuan melakukan romberg tandem.

·         Lakukan pengkajian ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptif.

·         Dorong peningkatan tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.


Rasional :
·         Kelainan vestibuler perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.
·         Bantu ambulasi bila ada indikasi.
·          Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuh.
·         Keseimbangan tergantung pada sistem visual , vestibuler dan propriosep.
·         Peningkatan aktivitas dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar