BAB 11
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MENIENE DISEASE
A. Pengertian.
Penyakit meniere
adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum di ketahui dan mempunyai
dan mempunyai Trias gejala yang khas , yaitu gangguan pendengaran, tinnitus dan
serangan vertigo ( Kapita Selekta Edisi
3 ).
Penyakit meniere
adalah gangguan kronis saluran semisirkular dan labirin telinga dalam . (
Elizabeth J. Corwin 2009 ).
Penyakit meniere
adalah suatu penyakit kronik kanalis semisirkularis dan labirin telinga dalam
penyakit meniere di sertai serangan vertigo yang berat .( Patofisiologi
Elizabeth j.corwin.2001).
B. Etiologi.
Penyebab
pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab
dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem
endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana
jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari
skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat
dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara
lain :
1. Meningkatnya
tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya
tekanan osmotik di dalam kapiler
3.
Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4.
Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga
terjadi penimbunan endolimfa.
5.
Infeksi telinga tengah.
6.
Infeksi traktus respiratorius bagian atas.
7.
Trauma kepala
8. Konsumsi
kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9. Konsumsi
aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10. Infeksi
virus golongan herpesviridae
11. Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai
penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:
1.
Virus Herpes (HSV)
Herpes virus
banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16
pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya.
Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi
antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan
seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
2.
Herediter
Pada
penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita
penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan
dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem
imunnya.
3.
Alergi
Pada pasien
Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan.
Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :
·
Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari
mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan
tertentu.
·
Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari
kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus
·
Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang
menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4.
Trauma kepala
Jaringan
parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran
hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien
Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
5.
Autoimun
Ada pula
anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan
penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan
Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe
pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere.
Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere
diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada
tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere
didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada
tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere
didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti
Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.
C.
Manifestasi Klinis
Sifat yang
khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang
bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan
juga bervariasi lamanya. Pola serangan dan remisi pada individu tidak dapat
diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah beberapa tahun. Pada saat
serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan gangguan
pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan
pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau
berminggu-minggu.
Namun
sensasi ini terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul
tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat adanya kurang pendengaran yang
hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena genuruh tinitus
yang timbul bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama
2-4 jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan
kepala menetap selama beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang,
tetapi tidak menghilang dengan redanya vertigo.
Kemudian ada
periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya merasakan
tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode
vertigo spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan derajat yang lebih
ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu
atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari.
Biasanya
setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi
remisi spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama
sekali, kecuali gangguan pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun
fase remisi tersebut ternyata tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase
akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif
dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya
secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi
elemen-elemen sensorik.
Variasi
dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom
Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi
berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.
Ada 3 tingkat derajat keparahan
penyakit Meniere :
1.
Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai
mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi.
Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga
yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien
sama sekali normal.
2. Derajat II,
gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural
terhadap frekuensi rendah.
3. Derajat III,
gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini
mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo
mulai berkurang atau menghilang.
D.
Patofisiologi
Pada
pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan
pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga
mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala
media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal koklea.
Secara
patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen
endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner
sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan
pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan
cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan.
Terjadinya
Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi
yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear
membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.
Mekanisme
terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan
terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal
ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan gangguan
terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan
mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.
E. Pathway
Pembengkakan kompartemen
Endolimfatik
Ruptur rmembran reissner Low
tone
Gangguan
pendengaran Distorsi
Ketulian Membran
basiler
Gangguan persepsi & sensori
|
Skala
vestibuler skala timpani
Vertigo
|
Penonjolan
labirin membranasea
Kanal ampula
Gangguan tinitus gangguan keseimbangan tubuh
Endolimfatikus
Cedera
|
cemas
|
F.
Komplikasi
Penyakit meniere dapat berkembang menjadi tuli saraf unilateral.
G.
Penatalaksanaan Medis
1.
Tindakan pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin,
seperti meklizin (antivert), yang menekan sistem vestibuler, obat obatan
sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg
,obat vasodilator perofer sepertipapaverin dan betahistin ,atau operasi shunt .
Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk
membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan
sebagai pengobatan jangka panjang.
Antiemetik
seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya mengurangi mual dan
muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya.diuretik seperti Dyazide
atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere
dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Dapat pula di berikan obat
antiiskemia dan neurotonik. Adaptasi dengan latihan dan fisioterapi.
2.
Terapi Medis
Profilaksis
Terapi medis
diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang mendasarinya atau
mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.
·
Vasodilator
Vasidilator
yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari, jika tidak
terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine dan
siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan
vaskuler.
·
Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai
terapi meniere karena teori bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh
disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.
·
Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasrkan
atas teori bahwa hipotiroidisme ringan adalah termasuk penyebab hidrops
endolimfatik.
·
Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas
teori bahwa penyakit meniere akibat defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa
diberikan adalah vitamin B kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus
bio-flavonoid (Lipoflavonoid).
.
3.
Terapi
Simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan untukl
menghentikan atau mengurangi hebatnya serangan vertigo dan tanpa berdalih
berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit Meniere.
·
Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti
fenobirtal atau trankulizer seperti diazepam (Valium) sering menolong pasien
rileks dan menurunkan frekuensi serangan vertigo.
·
Antihistamine dan antiemetik
Antihistamin dan antiemetic tertentu
efektif menghentikan atau mengurangi keparahan seringan vertigo pada pasien
Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine)
dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa digunakan adalah
antiemetic diferidol.
·
Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk
mencegah atau mengurangi keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien
selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.
4.
Pembedahan
Pembedahan
dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi. Prosedur
pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus endolimfatikus,
ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan.
Tindakan ini mengandung sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran dan
betujuab ubtuk mengatasi serangan vertigo, serta dapat mencegah penyakit
Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok : bedah destruktif, bedah
destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.
5.
Labirinektomi
Labirinektomi atau destruksi
total pada labirintus membranaseus, merupakan jaminan pasti untuk
menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan
pendengaran secar total pada telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh
dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah
demikian berat sedang telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi
normalnya.
H.
Penatalaksanaan Keperawatan
·
Diet
Banyak
pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000
mg/hari). Jumlah natrium merupakan salah satu faktor yang mengatur keseimbangan
cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dapat memutuskan keseimbangan
halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Garam
Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian
pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih
banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam
Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium
Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat
atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan
daging seperti cornet beef.
Makanan yang diperbolehkan adalah:
1. Semua bahan
makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh,
seperti :
• Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
• Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
• Minyak goreng, margarin tanpa garam
• Sayuran dan buah-buahan
• Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.
• Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
• Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
• Minyak goreng, margarin tanpa garam
• Sayuran dan buah-buahan
• Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.
2. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah
terbatas.
3. Minuman seperti the, sirup, sari buah.
Makanan yang perlu dibatasi:
. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
• Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
• Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
• Keju, Keju kacang tanah (pindakas).
• Margarin, mentega.
• Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
• Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
• Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
• Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
• Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
• Keju, Keju kacang tanah (pindakas).
• Margarin, mentega.
• Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
• Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
• Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
Kafein dan
nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat
mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi
alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya.
I.
Pemeriksaan Penunjang
·
.Tes gliserin :pasien diberikan minuman gliserin 1,2
ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa
kembali dan dibandingkan.
·
Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada
rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.
·
Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada
60% pasien yang menderita penyakit meniere.
·
Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan
penurunan respons vestibuler.
• CT scan atau MRI kepala
• Elektroensefalografi
• Stimulasi kalorik
• CT scan atau MRI kepala
• Elektroensefalografi
• Stimulasi kalorik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN
DENGAN MENIERE
A.
Pengkajian
Pemeriksaan
fisik bisanya normal kecuali pada evakuasi nervus cranial ke VIII.Garputala
(uji weber ) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami
kehilangan pendengaran ( sisi yang terkena penyakit Meniere ).
Dari anamnesis didapatkan keluhan
telinga berdenging dan ada perasaan penuh pada telinga , ada perasaan pusing
yang berputar – putar serta mual dan muntah juga gangguan pendengaran.terjadi
pembengkakan pada rongga endolimfatikus.
B. Diagnosa Keperawatan.
1.
Gangguan persepsi sensori berkaitan dengan gangguan
pendengaran
2.
Resiko tinggi cedera berkaitan dengan perubahan
mobilitas karena gangguan cara berjalan dan vertigo.
3.
Ansietas berkaitan dengan ancaman atau perubahan
status kesehatan dan kehilangan pendengaran
4.
Resiko terhadap trauma berkaitan dengan kesulitan
keseimbangan
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori auditorius berkaitan dengan proses penyakit
Tujuan: Gangguan
persepsi sensori dapat teratasi
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
·
Rasa berdenging dapat hilang / berkurang..
·
Komunikasi efektif antara klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan .
Intervensi :
·
Memonitor
tingkat kelemahan.
·
Memperbaiki komunikasi berbicara tegas dan jelas(tanpa
berteriak)
·
Ajarkan komunikasi yang tepat yaitu mengunakan tanda
non verbal(ekspresi wajah, menunjuk dan sikap tubuh).
·
Mengusahakan mobilitas fisik yang sesuai dengan
kebutuhan klien putuskan komunikasi bersama agar klien dan perawat dapat
berkomunikasi aktif.
2. Resiko tinggi cedera berkaitan dengan vertigo
Tujuan : menghindari cedera fisik yang berkaitan
dengan ketidakseim- bangan saat mobilisasi
Kriteria
hasil :
·
Klien dapat berjalan dengan normal / lancar.
·
Klien mampu menjaga keseimbangan tubuhnya saat melakukan
mobilisasi
Intervensi :
·
kaji vertigo yang meliputi
riwayat,awitan,gambaran,serangan durasi, frekuensi dan adanya gejala telinga
yang terkait hilangnya pendengaran tinitus,rasa penuh di telinga.
·
kaji luasnyaketidakmampuan berkaitan dengan aktifitas
berkaitan dengan aktivitas rutin.
·
dorong pasien untuk berbaring / istirahatbila merasa
pusing.
3. Ansietas berkaitan dengan ancaman, atau perubahan
status kesehatan dan efek ketidakmam-puan akibat vertigo
Tujuan :
·
Meningkatkan koping klien dan mengurangi atau
menghilang-kan kecemasan klien.
·
Klien tidak mengalami kecemasan terhadap status
kesehatannya.
·
Klien mampu meningkatkan koping diri
Kriteria
Hasil :
·
Ketakutan dan ansietas
tentang serangan vertigo berkurang atau hilang.
·
Mencapai pengetahuan
dan keterampilan untuk berkompromi dengan vertigo.
·
Merasakan berkurangnya
ketegangan , ansietas dan ketidakpastian.
·
Klien mampu
memanfaatkan teknik managemen stres bila di perlukan .
·
Klien mampu menghindari
peristiwa yang menjengkelkan .
·
Klien mampu mengulangi
instruksi yang di berikan dan menyebutkan pemahaman mengenai penanganan.
Intervensi :
·
Kaji tingkat ansietas.
Bantu pasien mengidentifikasikan keterampilan koping yang telah dilakukan dengan
berhasil pada masa lalu .
·
Dorong pasien
mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
·
Ajarkan pasien teknik
penatalaksanaan stres atau lakukan rujukan bila perlu.
.
·
Beri upaya
keamanan dan hindari aktivitas yang
menyebabkan stres.
·
Instruksi pasien dalam
aspek program pengobatan.
Rasional :
·
memadukan intervensi teurapetik dan
partisipatis dalam perawatan diri , keterampilan koping pada masa lalu dapat
mengurangi ansietas .
·
meningkatkan kesadaran dan pemahaman
hubungan antara tingkat ansietas dan perilaku.
·
memperbaiki manegemen stres, mengurangi
frekuensi dan beratnya serangan vertigo
·
Situasi penuh stres
dapat mempererat gejala kondisi ini.
·
Pengetahuan pasien
membantu mengurangi ansietas.
4.
Resiko terhadap trauma berkaitan dengan kesulitan
keseimbangan.
Tujuan
: Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rumah dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila
perlu .
Kriteria
Hasil:
·
Klien mampu beradaptasi dengan lingkungan
rumah atau menggunakan
Alat
rehabilitatif untuk mengurangi resiko jatuh.
·
Klien mampu melakukan
ambulasi dengan bantuan seperlunya.
·
Tingkat aktivitas telah
meningkat .
·
Lingkungan rumah
terbebas dari bahaya.
Intervensi
:
·
Lakukan pengkajian
untuk gangguan keseimbangan dan atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan
pemeriksaan adanya nistagmus , romberg positif dan ketidakmampuan melakukan
romberg tandem.
·
Lakukan pengkajian
ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptif.
·
Dorong peningkatan
tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
Rasional
:
·
Kelainan vestibuler
perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.
·
Bantu ambulasi bila ada
indikasi.
·
Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat
pasien tidak bisa tegak dan jatuh.
·
Keseimbangan tergantung
pada sistem visual , vestibuler dan propriosep.
·
Peningkatan aktivitas
dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar